Kamis, 24 November 2011

MANFAAT-MANFAAT MENGINGAT KEMATIAN



Kematian pada hakikatnya tidaklah berpola, melain kan bergerak melalui putik-putik yang samar, merambati hari-hari suka dan duka manusia.ubun-ubun bumi dan langit ada dalam jangkauannya sehingga tak ada yang bisa selamat dari kejarannya. pembasmiannya terhadap si muda belia tidak lebih lambat ketimbang kepada orang yg sudah tua bangka. ada saat-saat dimana kematian menciptakan kisah horor yang sungguh menakutkan dan ada saat-saat dimana kematian menebarkan keharuan yang menyayat sukma.
Kehidupan adalah gelombang laut kematian yang selalu menerpa para penumpang kapal yang berlayar diatasnya. Seberapa kuat sebuah kapal bisa bertahan dalam terpaan gelombang ombak samudera yang amat  dahsyat!! Seberapa lama penumpang dapat bertahan dikapal yang terus terombang-ambing oleh ombak dan badai laut yang menyudutkan, mengolengkan, menampar, melontarkan, dan membuang makanan yang tersisa?? Seberapa jauh perjalanan dapat ditempuh dengan perahu reot yang sudah rusak oleh tingkah para penumpangnya sendiri?? Apa yang dapat diharapkan dari sebuah perjalanan penuh gonjang-ganjing ini?? Adakah nahkoda “banci’ yang berjiwa kerdil dan penumpang yang terus berulah dapat memberikan harapan akan keselamatan perjalanan?? Renungkan!!!
Kamatian adalah faktor yang menggerakkan orang-orang bijak untuk meninggalkan semua kepalsuan dan kesementaraan menuju keabadian dan kehidupan hakiki. Imam Ali bin Abi Thalib berkata :”Apabila keadan (fisik)mu makin mundur sedangkan maut terus datang mengejar dibelakangmu, maka alangkah cepatnya pertemuan akan terjadi.” Dan Imam Al-Hasan bin Ali berkata :”Aku belum pernah melihat seorang bijak yang tidak khawatir akan kedatangan mati atau bersedih karenanya.” Tidak mengkhawatirkan kematian berarti melalaikan sesuatu yang paling pasti dalam kehidupan, sementara bersedih karenanya berarti mengingkari sebuah kepastian.
Namun ironisnya, di dunia saat ini, dan barangkali sudah dari zaman purbakala, hal ihwal seperti gaya, fashion, kekayaan, gelar, kesuksesan, dan sebagainya dianggap lebih nyata ketimbang kematian. Orang akan jauh lebih terdorong un tuk mengejar dan mengantisipasi semua macam-macam itu dari pada kepastian yang bernama KEMATIAN. Inilah paradoks yang ditimbulkan oleh apa yang disebut orang-orang pandir  sebagai kemajuan dan modernitas. Semua ini terjadi sedemikian rupa sehingga banyak orang yang merasa tidak akan mati atau setidaknya beri8lusi bahwa dia akan hidup selamanya. Dalam konteks itulah Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 96 berfirman :
“Dan sesungguhnya kalian akan menemukan mereka sebagai manusia yang paling rakus terhadap kehidupan (dunia), bahkan (seperti) orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar dipanjangkan umurnya sampai seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan mereka dari siksa. Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
Ilusi hidup kekal ini boleh jadi bermula dari angan-angan orang-orang modern untuk menguasai dan menikmati seisi dunia. Adalah paradoks bila modernisme yang pada awalnya lahir untuk mengangkat derajat keberadaan (civility) manusia justru terjerumus pada labirin kerakusan merengkuh dunia. Kerakusan suatu golongan kepada kehidupan menunjukkan rendahnya tingkat peradaban mereka, karena semua itu menggambarkan kerendahan pola-pikir dan ketidakmampuan mereka mentransendensikan nilai kehidupan ini kepada kehidupan setelah  kematian.
Untuk memecahkan problem-problem yang dilahirkan oleh nestapa modernisme, manusia perlu kembali untuk lebih banyak melihat dan merenungkan kematian. Mereka harus lebih sering mengingat kepastian datangnya kematian, dari pada peluang-peluang yang dihadirkan oleh kehidupan ini. Mereka harus menerapkan bhwa prinsip utamanya adalah kepastian mati dan  darinya diturunkan prinsip-prinsip kehidupan ini.
Kematian yang merupakan tahap yang pasti terjadi tetapi tidak selalu bisa terdeteksi memiliki nilai kepastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehidupan itu sendiri. Faktor kematian sebagai sjuatu kepastian merupakan dasar untuk mengukur dan memprediksi peluang-peluang yang dimunculkan oleh kehidupan.
Kematian adalah saat sempurnanya tugas ruh mendayagunakan tubuh yang ditandai dengan pergi atau naiknya ruh kealam yang berikutnya. Karena itu, alam setelah kematian disebut dengan Al-Akhirat (tahap berikutnya). Sedangkan tahap kehidupan disebut dengan Ad-Daud (alam rendah yang dekat). Dengan demikian, semua sumber daya dan peluang yang tersedia dalam kehidupan ini merupakan modal untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di “tahap berikutnya”.
Prinsip-prinsip lain sistem ini terdapat dalam kata-kata Imam Ali bin Abi Thalib berikut :
“Tiada harta lebih berharga dari pada akal. Tiada kesendirian lebih sepi daripada keangkuhan diri. Tiada kebijakan lebih baik daripada hidup sederhana dan terencana. Tiada kemuliaan lebih tinggi daripada ketakwaan. Tiada kawan lebih karib daripada keluhuran budi. Tiada harta warisan yang lebih besar daripada pendidikan. Tiada petunjuk jalan yang lebih baik daripada taufik Allah. Tiada perdagangan yang lebih menguntukan daripada amal saleh. Tiada laba melebihi pahala Allah... tiada kehormatan diri lebih tinggi daripada kerendahan hati. Tiada kesejahteraan lebih baik daripada ilmu. Tiada kekayaan yang lebih baik daripada kemurahan hati. Dan tiada dukungan lebih baik daripada nasihat yang tulus.”
Sumber : Musa Kazhim
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar